1. Kelahiran Maryam dan Bagaimana Ia Berkembang
Maryam, yang telah terpilih untuk melahirkan Yesus (Isa a.s.),
terlahir pada saat terjadinya kekacauan, yaitu ketika Bani Israel mengharapkan
sekali kedatangan Sang Messiah. Tanpa menyadari dirinya menjadi pusat
pengharapan, Maryam secara khusus telah dipilih Allah untuk menerima tugas yang
mahamulia ini dan sekaligus menjalaninya. Maryam berasal dari sebuah keluarga
yang mulia, keluarga Imran. Allah telah melebihkan keluarga ini di atas seluruh
umat manusia.
Seluruh anggota keluarga Imran terkenal mempunyai keimanan yang
tinggi kepada Allah. Mereka berpaling kepada Allah dalam melakukan segala bentuk
kebajikan dan dengan sangat cermat mematuhi semua perintah-Nya. Pada saat istri
Imran mengetahui bahwa dirinya sedang mengandung, ia segera berpaling kepada
Sang Penciptanya dan berdo'a, dan ia mempersembahkan apa yang ada dalam rahimnya
untuk menjadi "pelayan Allah". Allah memberikan sebuah catatan dalam Al-Qur'an:
(Ingatlah) ketika istri Imran berkata, 'Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi
hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar)
itu dariku. Sesungguhnya, Engkaulah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Maka tatkala Istri Imran melahirkan anaknya dia pun berkata, 'Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui
apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.
Sesungguhnya, aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya
serta anak-anak keturunannya kepada pemeliharaan Engkau dari setan yang
terkutuk."
(Surat Ali Imran: 35-36)
Ketika Maryam lahir, Istri Imran tetap hanya mencari keridhaan
Allah. Ia berpaling kepada Allah dan mendo'akan Maryam serta keturunannya di
bawah perlindungan Allah dari godaan setan yang terkutuk. Dikarenakan keikhlasan
dan do'anya, Allah menganugrahkan pada Maryam sifat-sifat yang mulia. Dalam
Al-Qur'an Allah menerangkan bagaimana Maryam tumbuh dan berkembang dalam
perlindungan dan perawatan-Nya yang amat cermat. "Maka
Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik dan mendidiknya
dengan pendidikan yang baik..." (Surat Ali Imran: 37) Zakariya menjadi
pelindung Maryam. Selama Maryam berada bersamanya, ia menyadari bahwa Maryam
telah dianugrahi sifat-sifat yang luar biasa. Terlebih Allah memberikannya
banyak kenikmatan "tanpa perhitungan":
…Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di
mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata, "Hai Maryam dari mana
engkau memperoleh (makanan) ini?" Mayam menjawab, "Makanan itu dari sisi Allah".
Sesungguhnya, Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
hisab. (Surat Ali Imran: 37)
Sebagaimana Allah telah memilih keluarga Imran, Dia juga
memilih Maryam, seorang anggota keluarga Imran dan memberikan karunia yang luar
biasa. Allah menyucikan Maryam dan telah melebihkan dari seluruh wanita pada
masanya. Sifat-sifat yang dimilikinya tertulis dalam Al-Qur'an:
Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata,
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang ada di masa kamu). Hai Maryam,
taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'."
(Surat Ali Imran: 42-43)
Dalam masyarakat di mana ia tinggal, Maryam telah menjadi
seorang yang terkenal mempunyai loyalitas dan keikhlasan terhadap Allah.
Khususnya, ia dikenal sebagai seorang wanita "yang menjaga kehormatannya". Dalam
surah at-Tahariim, kita dapat menemukan sebuah catatan:
Dan (ingatlah) Maryam putri Imran yang memelihara
kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari (roh) ciptaan
Kami; dan Dia membenarkan kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya; dan adalah dia
termasuk orang-orang yang taat. (Surat at-Tahriim: 12)
2. Kehamilan Maryam
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur'an,
yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah
timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami
mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk)
manusia yang sempurna. Maryam berkata, "Sesungguhnya, aku berlindung darimu
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." Ia (Jibril)
berkata, "Sesungguhnya, aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu untuk memberimu
seorang anak laki-laki yang suci."
(Surat Maryam: 16-19)
(Surat Maryam: 16-19)
Sebagaimana yang diberitahukan dalam ayat di atas, setelah
selesai satu tahap pelatihannya, Maryam menarik diri dari masyarakatnya ke
wilayah bagian timur dan menghabiskan beberapa waktu hidupnya di sana. Tidak
beberapa lama waktu berselang, malaikat Jibril (Gabriel) menampakkan diri pada
mayam atas perintah Allah. Maryam, yang merupakan seorang wanita yang mulia dan
menjaga kehormatan, benar-benar merasa terganggu melihat seorang yang asing.
Malaikat Jibril menerangkan bahwa dia adalah seorang malaikat yang diutus Allah
untuk memberikan kabar bahagia tentang seorang anak laki-laki:
(Ingatlah) ketika Malaikat berkata, "Hai Maryam,
sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang
diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra
Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di antara
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)." (Surat Ali Imran: 45)
Mendengar kabar ini, Maryam mengajukan pertanyaan tentang
bagaimana mungkin ia dapat mempunyai seorang putra, padahal tidak seorang
laki-laki pun yang pernah menyentuhnya:
Maryam berkata, "Bagaimana akan ada bagiku seorang
anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang pezina!" Jibril berkata, "Demikianlah." Tuhanmu berfirman,
"Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda
bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang
sudah diputuskan." Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan
kandungannya itu ke tempat yang jauh. (Surat Maryam: 20-22)
Maryam berkata, "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku
mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun."
Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril), "Demikianlah Allah menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah
hanya cukup berkata kepadanya, 'Jadilah' lalu jadilah dia. (Surat Ali Imran: 47)
Selama Maryam tinggal di "tempat yang jauh" yang disebutkan
dalam ayat di atas, Allah mendukungnya, baik secara fisik maupun materi. Ia
benar-benar berada dalam lindungan dan perawatan-Nya selama masa mengandungnya.
Semua kebutuhannya secara khusus dipenuhi oleh Allah. Sementara itu, dengan
menempatkannya di suatu tempat yang tersembunyi, Allah telah mencegah semua
kejahatan orang-orang yang sama sekali tidak memahami situasi ini yang mungkin
akan menculiknya.
Yesus (as) Adalah Kalimat Allah
Dalam Al-Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita terhadap
fakta bahwa dari sejak kelahiran hingga kematiannya, Yesus (as) memang sangat
berbeda dengan seluruh manusia pada umumnya di muka bumi. Al-Qur'an menegaskan
bahwa kelahirannya dari seorang gadis, satu bentuk penciptaan yang kita tidak
terbiasa dengan hal tersebut. Sebelum kelahirannya, Allah memberitahu ibunya
tentang sifat-sifat yang dimiliki Yesus (as) termasuk bahwa dia diutus sebagai
seorang penyelamat (Messiah) kepada Bani Israel. Dia juga dijuluki "Kalimat
Allah":
…Sesungguhnya, Al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah
utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya
kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya… (an-Nisaa: 171)
(Ingatlah) ketika Malaikat berkata, "Hai Maryam,
sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang
diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra
Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di antara
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). (Surat Ali Imran: 45)
Allah telah memberikannya nama sebelum kelahirannya,
sebagaimana Dia perbuat kepada Yahya a.s. Biasanya, anggota keluarga yang
memberikan nama kepada anak-anaknya, namun tidak demikian pada kasus Yesus (as).
Allah-lah yang memberikannya nama Al-Masih, Yesus (Isa) putra Maryam. Ini
merupakan suatu indikasi eksplisit bahwa Yesus (as) diciptakan secara berbeda
dari seluruh manusia lainnya.
Tentulah, seperti kelahirannya, keajaiban yang dialami selama
hidupnya dan cara dia diangkat keharibaan Allah merupakan tanda-tanda perbedaan
dari manusia lain pada umumnya.
Kelahiran Yesus (as)
Sebagaimana yang dikenal luas, kelahiran merupakan suatu proses
yang menuntut banyak perawatan. Melahirkan seorang bayi tanpa kehadiran seorang
yang berpengalaman dan perawatan medis adalah sesuatu yang sulit. Meskipun
demikan, Maryam, yang melakukan semuanya sendirian, telah berhasil melahirkan
seorang bayi. Sebuah ungkapan terima kasih atas kesetiaanya kepada Allah dan
atas keyakinannya kepada-Nya.
Ketika mengalami rasa sakit yang luar biasa, Allah memberikan
ilham dan instruksi pada setiap tahapnya. Dalam hal ini, ia telah melahirkan
anaknya tanpa kesukaran dan pada lingkungan yang terbaik. Ini merupakan nikmat
yang diberikan kepada Maryam:
Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia
(bersandar) pada pohon kurma, dia berkata, "Aduhai, alangkah baiknya aku mati
sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan."
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.
Maka makan, minum dan bersenanghatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku telah bernzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.’" (Surat Maryam: 23-26)
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.
Maka makan, minum dan bersenanghatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku telah bernzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.’" (Surat Maryam: 23-26)
Yesus (as) Berbicara Ketika Masih dalam Buaian
Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara
kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami
jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.
(Surat al-Anbiyaa': 91)
Satu peristiwa yang Allah ujikan kepada kaumnya, Maryam adalah
kelahiran Yesus (Isa) (as). Kelahiran ini, yang merupakan peristiwa aneh bagi
umat manusia, adalah suatu ujian baik bagi Maryam maupun bagi kaumnya. Pada
kenyataannya, cara Yesus (as) dilahirkan merupakan suatu keajaiban yang Allah
lakukan untuk menyeru umat manusia kepada keimanan yang benar dan satu dari
banyak bukti eksplisit dari eksistensi Allah. Akan tetapi, manusia masih saja
gagal untuk menangkapnya dan masih menaruh rasa curiga:
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan
menggendongnya. Kaumnya berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan
suatu perbuatan yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu
sekali-kali bukanlah orang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang
pezina." (Maryam: 27-28)
Sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat di atas, saat
kembalinya Maryam kepada kaumnya dari tempat yang jauh bersama Yesus (as)
kaumnya tidak memperkenankannya untuk memberikan suatu keterangan. Mereka
berasumsi bahwa Maryam telah melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan
mengejutkan serta memfitnahnya dengan cara yang keji. Meskipun demikian, mereka
yang menyebarkan fitnah-fitnah tentang Maryam ini telah mengetahui keadaan
Maryam dari sejak ia dilahirkan dan menyadari kesucian serta ketakwaannya,
seperti anggota-anggota keluarga Imran lainnya.
Pastilah, semua cercaan dan fitnahan ini merupakan suatu ujian
bagi Maryam. Ini membuktikan bahwa seorang manusia, yang begitu suci dan saleh,
tidak akan melakukan perbuatan keji seperti itu. Ini hanyalah sebuah ujian bagi
Maryam. Dari sejak Maryam dilahirkan, Allah selalu menolongnya dan memalingkan
semua yang dilakukannya kepada kebaikan. Maryam, pada waktu kembali, menyadari
bahwa setiap peristiwa yang terjadi merupakan kehendak Allah dan hanyalah Allah
yang dapat membuktikan ketidakbenaran dari fitnah-fitnah ini.
Tentu Allah memberikan ketenangan pada diri Maryam dan
memberikannya ilham untuk tetap diam. Allah memerintahkannya untuk tidak
berbicara dengan kaumnya, tetapi agar menunjuk Yesus (as) jika mereka
mendekatinya dan berusaha untuk menuduhnya. Dengan cara ini, Maryam telah
menghindari berbagai rintangan seperti suatu diskusi yang mungkin terjadi. Orang
yang akan memberikan jawaban yang akurat kepada mereka adalah Yesus (as). Ketika
Allah memberikan kabar gembira akan kelahiran Yesus (as) kepada Maryam, Dia juga
memberitahukannya bahwa dia akan berbicara dengan jelas ketika masih di dalam
buaian:
Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa dan dia adalah salah seorang di antara orang-orang yang
saleh. (Surat Ali Imran: 46)
Selanjutnya, Allah menjadikan semuanya lebih mudah bagi Maryam
dan memberikan keterangan yang benar kepada kaumnya Maryam melalui kata-kata
Yesus (as). Dengan keajaiban ini, upaya orang-orang kafir yang ada di sekeliling
Maryam secara otomatis mengalami kegagalan.
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata,
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih berada dalam
ayunan?" Berkata Isa, "Sesungguhnya, aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab
(Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan)
shalat dan (menunaikan) zakat selama aku masih hidup; dan berbakti kepada ibuku,
dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (Surat Maryam: 29-33)
Tidak diragukan, seorang bayi yang berbicara dengan sangat
fasih ketika masih dalam buaian merupakan suatu keajaiban. Kaum Maryam merasa
heran mendengar kata-kata hikmah dari seorang bayi yang masih berada dalam
buaian dan kejadian ini membuktikan kepada mereka bahwa kelahirannya merupakan
suatu keajaiban. Semua peristiwa yang mencengangkan ini menunjukkan bahwa bayi
yang masih berada dalam buaian tersebut adalah seorang utusan Allah
Ini merupakan balasan yang Allah berikan kepada Maryam atas
kepercayaan yang ia berikan kepada-Nya. Dengan menunjukkan keajaiban yang
mengejutkan seperti itu, ia memberikan respons terhadap orang-orang yang
memfitnahnya. Walaupun demikian, Allah memberitahukan kepada kita bahwa azab
yang pedih menanti mereka yang tidak mau menghilangkan pikiran buruk tentang
Maryam dibandingkan mempercayai keajaiban ini:
Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan
tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina). (Surat an-Nisaa:
156)
Mukjizat-Mukjizat Yesus (as)
Atas izin Allah, Yesus (Isa) (as) mempunyai banyak mukjizat
lainnya selain dilahirkan dari seorang gadis dan pemberitahuannya tentang
kenabiannya ketika masih bayi dalam buaian. Pada kenyataannya, kedua keajaiban
ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa Yesus (as) adalah seorang yang di luar
kebiasaan manusia umumnya. Singkatnya, hanya satu keajaibanlah yang dapat
membuat seorang bayi yang baru dilahirkan berbicara dengan begitu rasional
dengan penuh keimanan:
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, "Hai Isa putra
Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan
kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih
dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) ketika Aku mengajar kamu
menulis, hikmah, Taurat dan Injil...." (Surat al-Maa’idah: 110)
Dalam Al-Qur'an, mukjizat-mukjizat Yesus (as) digambarkan
sebagai berikut:
…Dan (sebagai) rasul kepada Bani Israel (yang
berkata kepada mereka), "Sesungguhnya, aku telah datang kepadamu dengan membawa
sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhan-mu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah
sebagai bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka dia menjadi seekor burung
dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya
dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin
Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di
rumahmu. Sesungguhnya, pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. (Surat Ali Imran: 49)
Meskipun semua peristiwa yang di luar kebiasaan tersebut telah
terjadi, beberapa orang secara arogan telah menolak mukjizat-mukjizat Yesus (as)
tersebut dan mengatakan bahwa semua itu adalah sihir belaka.
Yesus (as) Menyampaikan Ajaran, dan Kesulitan yang Dia Hadapi
Pada waktu Yesus (as) diutus, Bani Israel berada dalam
kesulitan puncak, baik masalah politik maupun ekonomi. Di satu sisi, ada
beberapa tindakan kejam yang mengakibatkan kesedihan pada masyarakat, dan di
sisi lain terdapat ketidaksepakatan keyakinan dan sekte yang mengakibatkan
kehidupan menjadi sulit. Di bawah kondisi yang sedemikan itu, umat manusia
benar-benar membutuhkan suatu jalan keluar.
Sang Juru Selamat yang dinantikan umat setelah waktu yang lama
adalah Yesus (as). Atas kehendak Allah, Yesus (as) dapat berbicara ketika masih
berada dalam buaian dan kemudian memberitahukan kepada umat manusia bahwa
Al-Masih (Sang Juru Selamat) yang mereka nantikan telah tiba. Yang terjadi
kemudian, banyak yang menaruh harapan kepadanya untuk mendapatkan petunjuk
darinya.
Walaupun demikian, ada juga beberapa orang tidak menerima Yesus
(as). Para pendukung kekafiran pada saat itu, khususnya, menganggapnya
benar-benar suatu ancaman bagi keberadaan mereka. Karenanya, mereka membuat
rencana-rencana untuk membunuhnya dengan segera ketika mereka mendengar kabar
tentangnya. Dikarenakan kecemasan hati mereka, rencana-rencana mereka sebenarnya
telah berakhir dengan kegagalan sejak awal. Akan tetapi, tetap saja hal tesebut
tidak mampu menghentikan rasa permusuhan mereka kepada Yesus (as) dalam
menjalankan misinya.
Meskipun demikian, mereka yang melakukan reaksi tehadapnya
tidak terbatas pada kaum kafir saja. Selama periode tersebut, disebabkan beragam
alasan, mayoritas para rabi Yahudi melakukan perlawanan terhadap Yesus (as)
dengan anggapan bahwa dia melakukan penghapusan terhadap agama mereka. Tentu
saja, dengan tindakan mereka tersebut, mereka telah menjadi bagian dari kaum
kafir karena sikap oposisi mereka kepada seorang utusan Allah. Apa yang telah
dilakukan oleh Yesus (as), sebenarnya hanyalah menyeru umat manusia kepada agama
orisinal dan menghapus aturan-aturan yang salah yang diperkenalkan kepada kaum
Yahudi oleh para rabi itu sendiri. Bani Israel mendistorsi agama mereka dengan
melarang apa yang diperbolehkan oleh ajaran yang asli dan memperbolehkan apa
yang dilarang olehnya. Dengan cara ini, mereka mengubah-ubah agama yang benar
dari semua bid'ah yang dilakukan terhadapnya pada tahap selanjutnya. Yesus (as)
menyeru kaumnya kepada Injil, yang mengandung ajaran Taurat yang diturunkan
kepada Musa (as). Ayat Al-Qur'an yang menjelaskan ini adalah:
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang
datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan
untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari
Tuhanmu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Surat Ali
Imran: 50)
Dalam ayat yang lain, Allah memberitahukan kepada kita bahwa
Injil yang diturunkan kepada Yesus (as) merupakan satu tuntunan kepada jalan
yang benar bagi mereka yang mempercayainya dan untuk menolong mereka membedakan
antara yang benar dan yang batil. Ia juga merupakan sebuah kitab yang mengandung
ajaran Taurat:
"Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani
Israel) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu
Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya,
yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang
bertakwa."
(Surat al-Maa’idah: 46)
(Surat al-Maa’idah: 46)
Para pemuka Bani Israel memberikan perhatian yang lebih besar
kepada aturan-aturan yang telah menjadi tradisi dan meragukan apa yang dibawa
oleh Yesus (as). Hal ini karena Yesus (as) tidak memberikan tekanan pada
aturan-aturan tradisional, tetapi lebih menyeru manusia kepada ketaatan kepada
Allah, penolakan terhadap dunia, keikhlasan, persaudaraan, dan kejujuran.
Menghadapi suatu perbedaan pemahaman agama tersebut, kaum Yahudi merasa frustasi
terhadap yang disampaikan oleh Yesus (as). Dalam Al-Qur'an, Allah memberikan
catatan bagaimana Yesus (as) menyampaikan perintah-perintah Allah SWT:
Dan tatkala Isa membawa keterangan dia berkata,
"Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan
kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah (kepada)ku". Sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhanku dan
Tuhanmu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah
golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka; lalu kecelakaan yang
besarlah bagi orang-orang yang zalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat).
(Surat az-Zukhruf: 63-65)
Keikhlasan dan sikap yang berbeda yang dimiliki oleh Yesus (as)
telah menarik perhatian manusia. Jumlah para pengikutnya semakin bertambah.
Kaum Yahudi Menganggap bahwa Mereka Telah Membunuh Yesus (as)
Tidak diragukan, setiap orang terbiasa dengan dugaan bahwa
bangsa Romawi telah menyalib Yesus (as). Sebagaimana dugaan tersebut, bangsa
Romawi dan Yahudi telah menangkap Yesus (as) dan menyalibnya. Memang, seluruh
umat Nasrani di dunia memiliki keyakinan bahwa Yesus (as) telah meninggal,
tetapi kemudian akan kembali lagi dan naik ke surga. Akan tetapi, bila kita
merujuk kembali kepada Al-Qur'an, kita mengetahui bahwa apa yang sebenarnya
terjadi tidaklah seperti yang mereka yakini,
Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah
membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang
yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan
tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang
dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin
bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah
mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana".
(Surat an-Nisaa': 157-158)
(Surat an-Nisaa': 157-158)
Fakta yang disampaikan dalam Al-Qur'an kepada kita adalah
jelas. Usaha-usaha bangsa Romawi, yang diprovokasi oleh bangsa Yahudi untuk
membunuh Yesus (as), terbukti tidak berhasil. Kutipan yang dinyatakan dalam ayat
di atas,
" ...tetapi (yang mereka bunuh) ialah orang yang diserupakan
dengan Isa bagi mereka... "
menerangkan peristiwa yang sebenarnya
terjadi. Yesus (as) tidaklah dibunuh, tetapi diangkat oleh Allah keharibaan-Nya.
Selain itu, Allah menghela perhatian kita kepada fakta bahwa mereka yang membuat
pernyataan yang bertentangan dengan ayat di atas tidak mengetahui sesuatu apa
pun tentang kebenaran. Di dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman bahwa
Dia-lah yang akan menarik Yesus (as) kembali dan Dia akan mengangkatnya
kepada-Nya.
(Ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir dan menjadikan
orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari
kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu
tentang hal-hal yang kamu selalu berselisih padanya". (Surat Ali Imran: 55)
Kita akan menganalisis arti aktual dari kata "menarik kembali"
pada bab berikutnya. Serpihan bukti-bukti lainnya yang ada dalam Al-Qur'an
tentang bahasan ini adalah ungkapan umum yang digunakan bagi kematian nabi-nabi
lainnya. Ungkapan-ungkapan yang digunakan untuk kematian atau pembunuhan para
nabi dalam Al-Qur'an adalah sangat jelas. Misalnya dalah surah an-Nisaa' ayat
155 terdapat satu contoh eksplisit. Ayat tersebut adalah:
"Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan)
disebabkan mereka melanggar perjanjian itu dan karena kekafiran mereka terhadap
keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang
benar dan mengatakan, 'Hati kami tertutup'. Bahkan, sebenarnya Allah telah
mengunci mati hati mereka karena kekafirannya. Karena itu mereka tidak beriman
kecuali sebagian kecil dari mereka".
Ungkapan yang digunakan untuk Yesus
(as) dalam Al-Qur'an sangat jelas, "...padahal mereka tidak membunuhnya dan
tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan Isa bagi mereka..." Pernyataan ini menekankan bahwa Yesus
(as) tidak dibunuh, apa pun metode yang digunakan untuk melakukan tujuan
tersebut.
referensi :
www.yesusakankembali.com
www.harunyahya.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar