1. Yesus (as) Tidak Meninggal
Satu kajian ayat-ayat tentang
Yesus (as) dalam Al-Qur'an menunjukkan bahwa Yesus (as) tidaklah meninggal
ataupun dibunuh, tetapi dia telah diangkat ke haribaan Allah. Hal ini
sebagaimana diterangkan oleh ayat berikut:
Dan karena ucapan mereka,
"Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul
Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya,
tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu
adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.
Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Surat an-Nisaa': 157-158)
Dalam beberapa terjemahan bahasa
Inggris, kita mengetahui bahwa beberapa ayat lain yang diterjemahkan memberikan
kesan bahwa Yesus (as) wafat sebelum dia diangkat ke haribaan Allah. Ayat-ayat
ini adalah sebagai berikut:
(Ingatlah) ketika Allah
berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir
ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku...
(Surah Ali Imran: 55)
Pada surat al-Maa'idah ayat 117,
peristiwa tersebut diceritakan dengan perkataan Yesus (as) yang juga
diterjemahkan seperti itu, seolah-olah menyiratkan arti yang sama bahwa dia
telah wafat:
"Aku tidak pernah mengatakan
kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya
yaitu, 'Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu', dan adalah aku menjadi saksi
terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu." (Surat al-Maa’idah: 117)
Meskipun demikian, makna bahasa
Arab dari ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Nabi Isa (as) tidak meninggal
dalam arti yang kita pahami. Dalam bahasa Arab, kata yang diterjemahkan dalam
ayat-ayat tersebut menjadi "meninggal" (to die) adalah kata
"tawaffa" dan berasal dari kata "wafa –
memenuhi/mengabulkan". Tawaffa tidak berarti "kematian" tetapi
merupakan aksi "penarikan jiwa kembali", baik dalam keadaan tidur
maupun meninggal. Juga dari Al-Qur'an, kita memahami bahwa "penarikan jiwa
kembali" tidak serta merta bermakna kematian. Misalnya, dalam satu ayat di
mana kata "tawaffa" digunakan, makna yang dimaksud bukanlah kematian
seorang manusia, tetapi "penarikan jiwa dari tidurnya":
Dan Dialah yang menidurkan kamu
(yatawaffakum) di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada
siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan
umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu
Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (Surat al-An’aam:
60)
Kata yang digunakan untuk
"menarik kembali" dalam ayat ini adalah sama dengan kata yang
digunakan dalam surat Ali Imran ayat 55. Dengan kata lain, dalam kedua ayat
tersebut, kata "tawaffa" digunakan dan maknanya jelas bahwa seseorang
tidak mati dalam kondisi tidurnya. Karena itu, apa yang dimaksudkan di sini
adalah "menarik jiwa kembali". Makna yang sama juga berlaku pada ayat
berikut:
Allah memegang jiwa (orang)
ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya;
maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan Dia
melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya yang demikian
itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (Surat
az-Zumar: 42)
Sebagaimana disebutkan dalam
ayat-ayat ini, Allah menarik jiwa orang yang sedang tidur, namun Dia mengirim
kembali jiwa-jiwa tersebut kepada mereka yang waktu kematiannya belum
ditentukan. Dalam konteks ini, dalam tidurnya, seseorang tidaklah wafat dalam
arti kematian. Hanya untuk periode yang temporal, jiwa meninggalkan tubuh dan
tetap pada dimensi yang lain. Ketika kita terbangun, jiwa pun kembali ke dalam
tubuh. [1]
Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa
ada tiga makna dalam istilah 'wafat': wafat kematian, wafat tidur, dan terakhir
wafat diangkat kepada Allah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa (as).
Kesimpulannya, kita dapat mengatakan bahwa Yesus (as) kemungkinan berada pada
suatu tempat yang khusus, diangkat keharibaan Allah. Apa yang sebenarnya dia
alami bukanlah kematian dalam arti yang biasa kita pahami, melainkan
benar-benar merupakan suatu keberangkatan dari dimensi ini. Wallahu A'lam.
2. Yesus (as) Akan Kembali ke Bumi
Dari apa yang sejauh ini telah
diterangkan, jelas bahwa Yesus (as) tidaklah meninggal, tetapi telah diangkat
ke haribaan Allah. Meskipun demikian, ada satu poin lagi yang digarisbawahi
oleh Al-Qur'an: Yesus (as) akan kembali ke bumi.
Surat Ali Imran ayat 55 adalah
satu dari ayat-ayat yang mengindikasikan bahwa Yesus (as) akan kembali:
(Ingatlah) ketika Allah
berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir
ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang
yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang
yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, lalu
Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang kamu selalu berselisih padanya.
(Surat Ali Imran: 55)
Pernyataan dalam ayat,
"...dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang
yang kafir hingga hari kiamat..." adalah penting. Ini merujuk kepada
sekelompok orang yang secara teguh mengikuti Yesus (as) dan yang akan berada di
atas orang-orang kafir sampai hari kiamat. Sekarang, siapakah orang-orang yang
taat ini? Apakah mereka para murid (pengikut) Yesus (as) ataukah mereka adalah
umat Nasrani yang ada pada saat ini?
Selama hidupnya, jumlah para
pengikut Yesus (as) sangatlah sedikit. Setelah beliau tiada, esensi ajaran
agamanya merosot secara drastis. Selain itu, orang-orang yang dikenal sebagai
para murid Yesus (as) menghadapi tekanan yang sangat serius selama hidup.
Selama dua abad berlalu, tanpa memiliki kekuatan politik, umat Nasrani yang
masih mempunyai keimanan kepada Yesus (as) juga tertindas. Dalam hal ini,
tidaklah mungkin bila dikatakan bahwa umat Nasrani terdahulu atau para
pengikutnya selama periode tersebut secara fisik merupakan penguasa bagi
orang-orang kafir di dunia. Kita secara logis mungkin berpikir bahwa ayat ini
tidak dimaksudkan kepada mereka.
Sebaliknya, kita memperhatikan
umat Nasrani kini, kita melihat bahwa esensi ajaran Nasrani telah mengalami
banyak perubahan dan berbeda dengan ajaran Yesus (as) yang disampaikan kepada
umat manusia pada saat itu. Umat Nasrani mengalami keyakinan yang menyimpang,
yaitu bahwa Yesus (as) adalah anak Tuhan dan sama dengan diyakininya doktrin
trinitas (Bapak, Anak, dan Roh Kudus). Dalam hal ini, tidaklah benar untuk menerima
umat Nasrani kini sebagai para pengikut Yesus (as) yang taat. Dalam berbagai
ayat dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa mereka yang memiliki keyakinan
kepada trinitas adalah termasuk orang-orang kafir:
Sesungguhnya, kafirlah
orang-orang yang mengatakan, "Bahwasannya Allah salah satu dari yang
tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Tuhan Yang Esa.... (Surat al-Maa’idah: 73)
Dalam hal ini, komentar terhadap
ayat, "...dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas
orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari
kiamat" adalah sebagai berikut:
pertama, disebutkan bahwa mereka
ini adalah umat Islam yang benar-benar para pengikut sejati ajaran Yesus (Isa)
(as) yang otentik; kedua, dikatakan bahwa mereka ini adalah umat Nasrani, baik
yang menyembah berhala maupun tidak, dan yang diketahui mempunyai posisi
dominan secara jumlah di dunia dewasa ini.
Meskipun demikian, kelompok yang
pertama dan kedua akan disatukan pada saat kedatangan Yesus (as) karena dia
akan menghapuskan "Jizyah". Artinya, dia tidak akan menerima umat
Nasrani dan Yahudi yang memeluk agama selain agama Islam, dan kemudian dia akan
mempersatukan seluruh umat yang beriman sebagai umat Islam. Nabi dan Rasul
Allah terakhir, Muhammad (saw) juga
telah memberikan kabar gembira akan kembalinya Yesus (as). Para ahli hadist
(yang meriwayatkan sabda dan hadist Rasulullah (saw)) mengatakan bahwa ada satu
hadist yang membahas masalah ini, di mana Rasulullah (saw) mengatakan bahwa
Nabi Isa (as) akan turun sebagai pemimpin di antara umat manusia sebelum hari
kiamat. Hadist ini sampai pada derajat mutawatir. Hal itu berarti hadist
tersebut diriwayatkan oleh banyak orang dari setiap generasi para sahabat yang
tidak mungkin diragukan lagi otentisitasnya. Seperti:
Abu Hurairah (ra) meriwayatkan
bahwa Rasulullah (saw) bersabda, "Demi Zat Yang jiwaku berada di
tangan-Nya, putra Maryam benar-benar akan segera turun ke tengah-ketengah kamu
sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib, akan membunuh babi, dan
akan menghapuskan jizyah. Harta saat itu akan melimpah sehingga tidak ada
seorang pun yang akan menerimanya. Sehingga sujud satu kali saja kala itu jauh
lebih baik dari dunia dan isinya". (HR Bukhari)
Jabir bin Abdullah berkata,
"Saya mendengarkan Rasulullah bersabda, 'Umatku tidak akan berhenti
berperang untuk membela yang benar hingga datang hari kiamat'. Rasulullah lalu
bersabda, 'Kemudian, turunlah Isa bin Maryam dan pemimpin mereka berkata, 'Ke
sinilah dan pimpinlah kami dalam sembahyang', namun dia akan berkata, 'Tidak!
Sebab sebagian kalian adalah pemimpin untuk sebagian yang lain, sebagai
penghormatan Allah terhadap umat ini'" (HR Muslim)
Abu Hurairah (ra) meriwayatkan
bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun antara saya dan
Isa. Sesungguhnya, dia akan turun ke bumi. Maka jika kalian melihatnya,
kenalilah dia. Dia adalah seorang laki-laki dengan ukuran sedang, berkulit
putih kemerah-merahan. Dia memakai dua baju kuning terang. Kepalanya
seakan-akan ada air yang mengalir walaupun sebenarnya ia tidak basah. Dia akan
berperang melawan manusia untuk membela Islam. Dia akan menghancurkan salib,
membunuh babi, menghapuskan jizyah. Allah akan menghapuskan semua agama di
zamannya kecuali Islam. Isa akan menghancurkan Dajjal dan dia akan hidup di
bumi selama empat puluh tahun dan kemudian dia meninggal. Kaum muslimin akan
menyembahyangkan jenazahnya". (Abu Dawud)
Di awal bab ini, kita telah
menganalisis ayat 157-158 dari surat an-Nisaa'. Setelah kedua ayat tadi, Allah
berfirman dalam surat an-Nisaa' ayat 159:
Tidak ada seorang pun dari Ahli
Kitab, kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat
nanti, Isa itu akan menjadi saksi atas diri mereka.
(Surat an-Nisaa': 159)
Pernyataan di atas bahwa
"kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya"adalah sangat
penting untuk kita jelaskan. Beberapa orang ulama menyatakan bahwa kata
"nya" dalam ayat ini digunakan pada Al-Qur'an dan kemudian
menyebabkan interpetasi-interpetasi sebagai berikut: Tidak ada seorang pun dari
Ahli Kitab yang akan beriman kepada Al-Qur'an sebelum dia (seseorang dari Ahli
Kitab) wafat. Selain itu, dalam ayat 157 dan 158, dua ayat terdahulu,
"nya" yang sama tanpa diragukan lagi merujuk kepada Yesus (as).
Surat an-Nisaa' 157:
Dan karena ucapan mereka,
"Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul
Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya,
tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti prasangka
belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
Surat an-Nisaa' 158:
Tetapi (yang sebenarnya) Allah
telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.
Selain ayat-ayat yang terdapat
dalam surat an-Nisaa' ini, tidak ada bukti lain yang menunjukkan bahwa
"nya" yang dimaksudkan di sini adalah seseorang selain Yesus (as).
Surat an-Nisaa' 159:
Tidak ada seorang pun dari Ahli
Kitab, kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat
nanti, Isa itu akan menjadi saksi atas diri mereka. (Surat an-Nisaa': 159)
Dalam Al-Qur'an, Allah
memberitahukan kepada kita bahwa pada hari kiamat, "pada hari
(ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa
yang dahulu mereka kerjakan" (Surat an-Nur: 24 dan Surat Yasiin: 65). Dari
surat Fushshilat ayat 20-23, kita pahami bahwa pendengaran, penglihatan dan
kulit akan memberi kesaksian atas kita. Tidak ada satu pun yang menyatakan
bahwa "Al-Qur'an sebagai saksi". Jika kita menerima bahwa
"nya" atau "ia" dalam kalimat pertama merujuk pada
Al-Qur'an —meskipun secara kaidah bahasa dan logika, kita tidak mempunyai bukti
apapun— seharusnya kita juga menerima bahwa "dia" dalam kalimat kedua
juga merujuk pada Al-Qur'an. Untuk bisa menerima ayat ini, seharusnya ada satu
ayat yang secara eksplisit meneguhkan pandangan ini. Akan tetapi, Ibnu al-Jauzi
telah mengemukakan pandangan para ahli tafsir dalam karya-karyanya.
Ketika kita merujuk kepada
Al-Qur'an, kita mengetahui bahwa saat kata ganti orang yang sama digunakan
dalam Al-Qur'an, pada umumnya akan menyebutkan kata Al-Qur'an sebelum atau
setelah ayat sebagaimana yang terdapat pada surat an-Naml ayat 77 dan surat
asy-Syu'araa ayat 192-196. Ayat tersebut menyebutkan secara langsung bahwa Ahli
Kitab akan beriman kepada Yesus (as) dan bahwa Yesus (as) akan menjadi saksi
atas mereka.
Poin kedua adalah tentang
interpetasi dari ungkapan "sebelum dia wafat". Beberapa orang
berpendapat bahwa yang dimaksudkan di sini adalah "beriman kepada Yesus
(as) sebelum kematian mereka sendiri". Menurut interpetasi ini, setiap
orang dari Ahli Kitab pasti akan beriman sebelum dia menghadapi saat
kematiannya. Akan tetapi, di masa Yesus (as), kaum Yahudi yang dipastikan
sebagai Ahli Kitab bukan hanya tidak beriman kepada Yesus (as), melainkan
berusaha membunuhnya. Dengan kata lain, tidaklah masuk akal untuk mengatakan
bahwa umat Yahudi dan Nasrani yang hidup dan wafat di masa Nabi Yesus (as)
beriman kepadanya.
Kesimpulannya, ketika kita
membuat suatu evaluasi mendalam tentang ayat tadi, kita akan sampai pada
kesimpulan; sebelum kematian Yesus (as), semua Ahli Kitab akan beriman
kepadanya. [2]
Dalam makna sebenarnya, ayat
tersebut mengungkapkan fakta yang jelas, yaitu sebagai berikut:
Pertama, terbukti bahwa ayat
tersebut merujuk kepada masa yang akan datang karena ada penyebutan kematian
Yesus (as). Akan tetapi Yesus (as) belum wafat, tetapi dia diangkat ke haribaan
Allah. Yesus (as) akan datang kembali ke bumi, dia akan hidup selama waktu yang
telah ditentukan dan kemudia wafat. Ini adalah peristiwa yang belum terjadi,
tetapi pasti akan terjadi di masa yang akan datang.
Sebagai konsekuensi dari ungkapan
"sebelum dia wafat" adalah suatu rujukan kepada Yesus (as). Para Ahli
Kitab akan melihatnya, mengenalinya dan mentaatinya selama dia hidup. Sementara
itu, Yesus (as) akan memberikan kesaksian atas mereka pada hari kiamat. Wallahu
'alam.
Akan kembalinya Yesus (as) ke
bumi pada akhir zaman diterangkan dalam ayat lain pada surat za-Zukhruf ayat
61. Dimulai dari surat az-Zukhruf ayat 57, terdapat referensi tentang Yesus
(as):
Maka tatkala putra Maryam (Isa)
dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaumnya (Quraisy) bersorak karenanya. Dan
mereka berkata, "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia
(Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan
maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.
Isa tidak lain hanyalah seorang
hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia
sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel.
Dan kalau Kami kehendaki
benar-benar, Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang
turun-temurun. (Surat az-Zukhruf: 57-60)
Setelah ayat-ayat ini, Allah
menyatakan bahwa Yesus (as) merupakan salah satu tanda akan datangnya hari
kiamat.
Dan sesungguhnya Isa itu
benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu, janganlah
kamu ragu-ragu tentang hari kiamat itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang
lurus. (Surat az-Zukhruf: 61)
Ibnu al-Jauzi mengatakan bahwa
arti pertama dari ayat ini adalah bahwa Yesus (as) merupakan salah satu tanda
atau prasyarat akan datangnya hari kiamat. Kita bisa katakan bahwa ayat ini
dengan jelas mengindikasikan bahwa Yesus (as) akan kembali ke bumi pada akhir
zaman. Hal tersebut dikarenakan Yesus (as) telah hidup enam abad sebelum
turunnya Al-Qur'an. Konsekuensinya, kita tidak dapat menginterpretasikan
kedatangannya yang kali pertama sebagai tanda kiamat. Apa yang sebenarnya ingin
diindikasikan oleh ayat ini adalah bahwa Yesus (as) akan kembali ke bumi pada
akhir zaman, yang juga dapat dikatakan, selama periode akhir sebelum datangnya
hari kiamat dan ini akan menjadi satu tanda terjadinya hari kiamat. Allah Yang
Maha Mengetahui.
Bahasa Arab dari ayat,"Dan
sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari
kiamat..."adalah "Wa innahu la ‘ilmun li’s-sa’ati…" Beberapa
orang menginterpretasikan kata ganti "hu" (kata ganti untuk mudzakar)
dalam ayat ini sebagai Al-Qur'an, namun ayat-ayat sebelumnya secara eksplisit
mengindikasikan Yesus (as) sebagaimana disebutkan dalam ayat: "Isa tidak
lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan
Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel..." [3]
Dalam Shahih Muslim juga
dinyatakan bahwa hadist yang menyatakan bahwa Yesus (as) akan turun ke
tengah-tengah umat manusia pada akhir zaman telah sampai pada derajat mutawir,
yaitu diriwayatkan oleh banyak orang di setiap generasi para sahabat yang tidak
mungkin diragukan lagi keotentikannya, dan disebutkan sebagai salah satu tanda
utama akan datangnya hari kiamat. (Sahih Muslim, 2/58)
Hudzaifah bin Usaid al-Ghiffari
mengatakan, "Rasulullah tiba-tiba menghampiri kami ketika kami sedang
sibuk membahas beberapa masalah. Rasulullah lalu bersabda, 'Sedang
mendiskusikan apa kalian?' Kami berkata, 'Kami sedang membicarakan hari akhir
(kiamat).' Rasulullah lalu bersabda, 'Hari kiamat tidak akan tiba sebelum
kalian semua melihat tanda-tandanya sebelum itu.' Rasulullah lalu
menyebutkan tanda-tanda kiamat itu berupa asap, Dajjal, binatang melata
(daabbah), terbitnya matahari dari sebelah barat, turunnya Isa bin Maryam ke
bumi, Ya'juj dan Ma'juj, dan terjadinya gerhana di tiga tempat (satu gerhana di
sebelah timur, satu lagi di barat, dan satu lagi tanah Arab), dan akhirnya
adalah keluarnya api dari Yaman dan menggiring manusia pada tempat berkumpul
mereka .'" (HR Muslim)
Ayat lain yang mengindikasikan
kedatangan Yesus (as) adalah sebagai berikut;
(Ingatlah), ketika Malaikat
berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan
kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya,
namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan akhirat dan
salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia
berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah
salah seorang di antara orang-orang yang saleh." Maryam berkata, "Ya
Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh
oleh orang laki-laki pun?"
Allah berfirman (dengan
perantaraan Jibril), "Demikianlah Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya
cukup berkata kepadanya, "jadilah" lalu jadilah dia. Dan Allah akan
mengajarkan kepadanya Al-Kitab, hikmah, Taurat dan Injil..." (Surat Ali
Imran: 45-48)
Dalam ayat tadi dijelaskan bahwa
Allah akan mengajarkan kepada Yesus (Isa) (as) Injil, Taurat dan
"Al-Kitab". Tidak diragukan, kata "Kitab" ini adalah
penting untuk dipertanyakan. Kita perhatikan ungkapan yang sama dalam surat
al-Maa'idah ayat 110:
(Ingatlah) ketika Allah
mengatakan, "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada
ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara
dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah)
ketika Aku mengajar kamu Al-Kitab, hikmah, Taurat dan Injil…" (Surat
al-Maa'idah: 110)
Ketika kita analis kata
"Kitab" dalam kedua ayat di atas, kita pahami bahwa "Kitab"
yang dimaksud adalah Al-Qur'an. Apalagi, hanya ada satu kitab yang pasti di
muka bumi ini selain Taurat, Zabur dan Injil. Di samping itu, dalam ayat lain
dalam Al-Qur'an, selain untuk Taurat dan Injil, kata "Kitab"
digunakan untuk mengindikasikan Al-Qur'an.
Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri
sendiri. Dia menurunkan Al-Kitab kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab
yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum
(Al-Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia dan Dia menurunkan Al-Furqaan....
(Surat Ali Imran: 2-4)
Dalam hal ini, kita pertimbangkan
dengan baik bahwa kitab ketiga yang akan diajarkan Yesus (as) adalah Al-Qur'an
dan kita dapat mengasumsikan bahwa ini memungkinkan hanya jika dia datang ke
bumi. Yesus (as) hidup 600 tahun sebelum diturunkannya Al-Qur'an dan adalah
tidak mungkin dia telah mengetahui Al-Qur'an sebelum diturunkannya. Dalam hal
ini, bahwa dia akan mempelajari Al-Qur'an selama persinggahannya yang kedua di
bumi merupakan suatu keterangan yang masuk akal. Ini juga diterangkan dalam
hadits ahad berikut ini:
Abu Hurairah (ra) meriwayatkan
bahwa Rasulullah (saw) bersabda, "Demi Zat Yang jiwaku berada di
tangan-Nya, putra Maryam benar-benar akan segera turun ke tengah-tengah kamu
sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib dan akan membunuh babi
dan akan menghapuskan jizyah. Harta saat itu akan melimpah sehingga tidak ada
seorang pun yang akan menerimanya. Sehingga sujud satu kali saja kala itu jauh
lebih baik dari dunia dan isinya." (HR Bukhari)
Para ulama dan ilmuwan muslim
mengatakan bahwa makna dari hadits tentang tindakannya sebagai seorang
hakim/penguasa yang adil ini adalah bahwa dia akan mengambil keputusan sesuai dengan
syariat Islam, dengan hukum-hukum dalam kitab Allah, Al-Qur'an dan dengan
Sunnah rasul Allah yang terakhir, Muhammad (saw). Allah-lah Yang Maha
Mengetahui.
3. Ada Beberapa Contoh Manusia dalam
Al-Qur'an yang Meninggal Dunia dan Kemudian Kembali Lagi ke Bumi Setelah
Beratus-ratus Tahun
a. Seorang manusia yang dihidupkan
setelah satu abad
Salah satu dari mereka adalah
seorang yang mati selama satu abad. Ini diterangkan dalam surat al-Baqarah:
Atau apakah kamu tidak
memperhatikan orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh
menutupi atapnya. Dia berkata, "Bagaimana Allah menghidupkan kembali
negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun,
kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, "Berapa lama kamu
tinggal di sini?" Ia menjawab, "Saya telah tinggal di sini sehari
atau setengah hari." Allah berfirman, "Sebenarnya kamu telah tinggal
di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minuman yang belum
lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang
belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan
lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya
kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah
nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata,
"Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (Surat
al-Baqarah: 259)
Dalam ayat-ayat yang terdapat
dalam pembahasan awal, ada penyebutan fakta bahwa Yesus (as) tidak wafat,
tetapi "ditarik jiwanya", sedangkan pada ayat di atas, orang tersebut
benar-benar meninggal. Konsekuensinya, seorang yang telah meninggal dapat hidup
kembali atas seizin Allah. Ini secara eksplisit diterangkan dalam Al-Qur'an.
b. Ashhabul Kahfi terbangun setelah
beratus tahun
Contoh lainnya diterangkan dalam
kisah Ashhabul Kahfi yang terdapat pada surat al-Kahfi. Allah menerangkan kisah
para pemuda yang mengasingkan diri dari penguasa tiran yang kejam pada masanya
dalam sebuah gua. Diterangkan bahwa mereka tidur dan dibangunkan kembali
setelah beratus tahun lamanya tertidur. Ayat berikut menerangkan,
(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda
itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo'a, "Wahai
Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi
kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini." Maka Kami tutup telinga
mereka beberapa tahun dalam gua itu. (Surat al-Kahfi: 10-11)
Dan kamu mengira mereka itu
bangun, padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke
kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan
jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan
melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan
terhadap mereka.
Dan demikianlah Kami bangunkan
mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah
seorang di antara mereka, "Sudah berapa lamakah kamu berada (di
sini)?" Mereka menjawab,"Kita berada (di sini) sehari atau setengah
hari." Berkata (yang lain lagi), "Tuhan kamu lebih mengetahui
beberapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah seorang di antara kamu
pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendakah dia lihat manakah
makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu dan
hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu
kepada seseorang pun." (Surat al-Kahfi: 18-19)
Al-Qur'an tidak menerangkan
secara pasti berapa lama para pemuda tersebut tinggal di dalam gua, tetapi
lamanya waktu yang dihabiskan tersirat dengan pernyataan "beberapa
tahun". Akan tetapi, orang-orang mengira waktunya kurang lebih 309 tahun. Allah
berfirman:
Dan mereka tinggal dalam gua
mereka tiga ratus dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Katakanlah: "Allah lebih
mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nyalah semua yang
tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah
tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain
dari-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam
menetapkan keputusan."
(Surat al-Kahfi: 25-26)
Tentu, yang menjadi masalah di
sini adalah bukan panjang-pendeknya periode ini. Masalahnya adalah Allah
menarik jiwa manusia, baik dengan menjadikan mereka tertidur maupun dengan
mewafatkan mereka, dari kehidupan ini dalam waktu yang telah ditentukan dan
kemudian membangkitkan mereka kembali. Seperti orang yang terbangun dari mimpi,
Allah memberikan kehidupan lagi bagi mereka. Yesus (as) adalah salah satu dari
mereka dan - seiring dengan waktu - dia akan hidup kembali di dunia ini.
Setelah memenuhi kewajibannya, dia akan wafat seperti manusia lainnya sesuai
dengan firman-Nya: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan
dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan." (Surat al-A’raaf: 25)
-----------------------------------------------------------------------------
1. Prof. Süleyman Ates, Yüce Kur’an’in
Cagdas Tefsiri (The Contemporary Tafsir of the Holy Qur’an)
2. Tafsir of Omer Nasuhi Bilmen
3. Prof. Süleyman Ates, Yüce
Kur’an’in Cagdas Tefsiri (The Contemporary Tafsir of the Holy Qur’an, vol. 6,
hlm.
Refrensi :
www.yesusakankembali.com
|